Kumpulan SInopsis Jodha Akbar

loading...

Sinopsis Jodha Akbar episode 12 by Meysha Lestari

Sinopsis Jodha Akbar episode 12 by Meysha Lestari. Jalal telah bersiap dengan Atribut kebesarannya ketika sepasukan berkuda datang. Tanpa buang waktu, Jalal segera menghunus belatinya. Pasukan itu menghampiri Jalal. Pimpinannya turun dan mengucapkan salam, "Semoga Tuhan memberkati Yang Mulia. Perdana menteri menyuruh kami mencarimu. Syukurlah kau baik-baik saja. Kami siap melayanimu!" Lalu bersama pasukannya, Jalal kembali ke Shanpur. Abdul masih tak sadarkan diri.

DI Ajmer Sharief, Hamisha Bano, ibunda Jalal sedang mengadu pada pendeta tentang kelakuan Jalal yang kasar. Pendeta menasehati Hamida, ".. kita tidak bisa memutuskan apapun, tuhanlah yang bisa memutuskan segalanya. Kita tidak bisa menebak kapan dia merubah sifat atau perbuatan seorang pria..." Hamida bano ingin tahu kapan Jalal akan berubah, :islam mengajarkan kita untuk mencintai sesama dan mengajarkan kita untuk hidup berdamai. Lalu kenapa Jalal tidak mengerti arti dari damai? Kenapa Jalal tidak merasa damai? Dia bisa membawa citra buruk pada agama kita, kenapa dia melakukan itu?"

Pendeta dengan arif menjawab, "anakku, agama dan cinta adalah berkah dari Allah. Tidak ada orang yang tahu siapa yang akan menerima mukjizat dari Allah. Hanya Allah yang tahu itu, tapi akan datang harinya nanti, anakmu akan sadar bahwa Allah mengirim kita untuk menyebarkan cinta kasih dan bukan saling membenci.." Dengan penuh haraphamida bano bertanya, "apakah jalal akan berubah seperti itu?" Pendeta yakin, kalau bukan hanya Jalal saja yang berubah, tapi cara berpikir orang lain juga berubah, "Jalal akan merubah sejarah Hindustan... dan pada saatnya nanti, Jalal akan memahami kalau ada kekuatan yang lebih hebat dari kekuatan sanga kaisar. Dia akan mengerti kekuatan cinta..." Mendengar wejangan sanga pendeta tentang jalal yang akan berubah suatu saat, hati Hamida Bano sangat tenang.

Jalal tiba di perkemahan. Maham anga langsung menemuinya. Jalal terlihat sangat gembira melihat Maham. Dia mendekati Maham dan menyapanya dengan penuh hormat dan cinta kasih. Maham terharu. Dia melihat tangan Jalal yang terluka dan segera membawanya kedalam untuk di obati. Setelah duduk berhadapan, Jalal bertanya mengapa Maham datang keperkemahan? Maham menjawab, "aku datang kesini ingin tahu apa anakku masih ingat akan ibunya?" Jalal menenangkan Maham, "kau tahu jika aku ini tidak akan pernah melupakanmu..." lalu jalal melepas mahkotanya.

Maham berkata, "Mahkota adalah kebanggan seorang kaisar jalal..." Jalal menjawab kalau dia tak bisa bertemu Maham kalau ada mahkota di kepalanya.  Maham tersneyum bahagia, "kau lebih dari segalanya dalam hidupku.." Maham tidak percaya, "benakah? Itulah kenapa tidak ada orang yang menceritakan padaku tentang keberadaanmu? Aku tidak pernah di beritahu, karena aku ini hanyalah pengasuhmu? Apakah itu tidak penting lagi, jika aku ini telah menyusuimu dan membersarkanmu? dna berusaha mencintaimu seperti anakku sendiri? AKu ini bukanlah hal penting dalam hidupmu kan?"

Mendengar rejukan Maham, Jalal meminta maaf, "kau tahu aku ini tidak berdaya. Kau tahu aku inisedang sibuk dengan masalah-masalah politik ibu, maafkan aku.." Maham melarang Jalal minta maaf pada semua orang. Lallu pelayan datang membawa nampan berisi obat herbal. Maham mengambil nampan itu dan menyuruh semua orang pergi. Maham berkata pada Jalal, "kau ingat, usiamu masih 14 tahun ketika aku membalurkan salep herbal di lukamu untuk pertama kali. Saat aku melihatmu terluka, aku merasa menderita, Jalal. Tapi aku bersumpah, aku tidak pernah mengatakannya padamu. Hanya karena aku ingin bertemu denganmu sebagai penguasa terhebat di dunia ini. Saat aku melihatmu terluka..."

Jalal mnghibur Maham dengan berkata kalau lukanya adalah bukti kemenangan mereka. Maham Anga setuju. Dia lalu mengambil salep dan memperingatkan Jalal kalau salep itu akan membuatnay kesakitan. Jalal tersenyum lebar, "sakit?" Lalu Jalal membaringkan kepalanya di pangkuan Maham. Maham mengelus rambut Jalal. Jalal berkata kalau tidak ada rasa sakit yang mendekatinya. Jalal mengulurkan tanganya dan berkata, "balurkan salepnya tanpa ragu...ibu." Maham mengoleskan salep ke tangan Jalal sambil berpikir bagaimana caranay memberitahu jalal tentang Zaheer.

Lalu kesempatan itu datang. Tabib datang sambil membawa nampan berisi obat. Maham bertanya padanya tentang Zaheer, "tuan tabib, bagaimana keadaan Zaheer?" jalal tersentak mendengar pertanyaan itu. Dia bergega sduduk dan menatap maham serta tabib bergantian, "ada apa dengan Zaheer?" Maham terlihat ragu untuk menjawab. Jalal mendesak, "ibu, ada apa dengan Zaheer?" Maham tidak sanggup mengatakannya. Jalal semakin penasaran, "aku mohon, beritahu aku.." Lalu Maham menyuruh Jalal melihat sendiri kondisi Zaheer. Tanpa membuang waktu, Jalal bergegas pergi. Maham menyerhakan salep pada tabib dan menyuruhnya membalurkan salep itu pada luka-luka abdul.

Jalal tiba di tenda Zaheer. Zaheer sedang terbaring merintih kesakitan dengan mata yang masih mengucurkan darah. Jalal terkesima melihat kondisi pengawal setianya. jalal mendekati Zaherr dan duduk disampingnya. Tabib dan Maham tiba. Tabib meminta Zaheer agar tidak menangis, "semakin banyak air mata yang kau teteskan, akan semakin sakit matamu." Dengan menahan geram Jalal bertanya, "siapa yang berani melakukan ini padamu? Siapa yang berani melakukan ini kepada pelayan setiaku, Zaheer? AKu ingin jawaban dari pertanyaan ini. Jawab aku!!" Teriak Jalal.  Tapi tak ada yang menjawab pertanyaanya. Jalal memaksa mereka menjawab, "siapa yang melakukan ini, katakan!!"

Maham anga berkata, "mungkin mereka diam karena mereka takut pada seseorang, yang mulia." Jalal menghampiri maham dengan penasaran, "siapa yang kau maksud?" Maham memberi isyarat pada smeua orang agar pergi. lalu dai memberitahu Jalal apa yang terjadi, "ada masalah politik yang tidak aku mengerti. AKu bahkan tidak tahu mengapa dia melakukan ini pada Zaheer..." Jalal menyuruh maham langsung mengatakan, siapa yang melakukan itu. Tapi maham tak mau menyebutkan namanya, "... karena kau mencintai dia sebagai ayahmu." Jalal langsung tahu siapa yang di maksud, "Khan baba?" Maham tidak mengiyakan. Dia hanya menatap Jalal. Tiba-tiba terdengar rintihan Zaheer. Jalal tersentak. Maham menghampiri Zaheer dan menenangkannya sementara Jalal bergegas keluar.

Bagikan :
Back To Top